PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH TENTANG PENDIDIKAN

MUHAMMAD ABDUH

 


 

Latar Belakang dan Pendidikan

Muhammad Abduh (1849-1905) dengan nama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah.  Ia berasal dari keluarga petani yang sederhana namun sangat menghargai pendidikan. Pada usia muda, Abduh belajar di sebuah madrasah setempat sebelum melanjutkan pendidikan ke al-Azhar. 

Muhammad Abduh adalah seorang pemikir Muslim Mesir yang terkemuka dan salah satu pelopor gerakan modernisme Islam. Ia dikenal sebagai pembaharu pendidikan Islam yang gigih memperjuangkan modernisasi sistem pendidikan di Al-Azhar dan Mesir secara keseluruhan. Muhammad Abduh juga berprofesi sebagai jurnalis, pengajar, penulis, hakim, dan Mufti Agung Mesir periode 1899-1905.

Masa Kecil dan Pendidikan:

  • Lahir di desa Shubra Khit, Mesir, pada tahun 1849.
  • Mempelajari ilmu agama di berbagai pesantren dan masjid di Mesir.
  •  
  • Pendidikan di Tanta: Pada usia 12 tahun, Abduh melanjutkan pendidikannya di Tanta, di mana ia mempelajari ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.
  • Masuk Universitas Al-Azhar pada tahun 1867 dan menjadi murid Jamaluddin al-Afghani, seorang pemikir Muslim liberal yang berpengaruh besar pada pemikirannya.

Pemikiran dan Kiprahnya:

  • Menjadi salah satu tokoh utama dalam gerakan modernisme Islam, yang bertujuan untuk mereformasi pemikiran Islam dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman modern.
  • Menekankan pentingnya rasionalisme dan penalaran kritis dalam memahami Islam.
  • Mendorong modernisasi sistem pendidikan di Al-Azhar dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern dan metode pengajaran yang lebih ilmiah.
  • Mendirikan berbagai lembaga pendidikan modern, seperti Sekolah Darul Ulum dan Majalah Al-Manar, untuk menyebarkan ide-idenya tentang pendidikan Islam yang modern.
  • Menjadi Mufti Agung Mesir pada tahun 1899, dan memanfaatkan posisinya untuk menerapkan reformasi pendidikan di seluruh Mesir.

Pemikirannya tentang Pembaharuan Pendidikan:

  • Pendidikan Islam harus sejalan dengan perkembangan zaman modern.
  • Pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan modern dan sains.
  • Metode pengajaran Islam harus lebih ilmiah dan rasional.
  • Pendidikan Islam harus menitikberatkan pada pengembangan nalar kritis dan kemandirian berpikir.
  • Perempuan harus mendapatkan akses pendidikan yang sama dengan laki-laki.

Berikut ini beberapa gerakan pembaruan yang dilakukan oleh Muhammad Abduh.

  • Mendirikan majalah Ar-Urwatul Wusqa bersama rekannya Jamaluddin al-Afghani 
  • Mengajak umat Islam untuk kembali pada ajaran Islam sejati 
  • Ajaran kemasyarakatan dalam Islam disesuaikan dengan zaman 
  • Menghapus taklid dan menumbuhkan ijtihad (sumber hukum setelah Al Quran dan hadis) 
  • Menghendaki akal dan waktu

TUJUAN 

Tujuan Pendidikan Menurut Muhammad Abduh: Menurutnya, pendidikan Islam bertujuan untuk:

  1. Membangun Akal dan Moral: Pendidikan haruslah mengembangkan akal dan moralitas individu secara seimbang. Abduh menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan penalaran kritis, serta penanaman nilai-nilai moral Islam seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang.
  2. Menyiapkan Kehidupan Dunia dan Akhirat: Pendidikan Islam tidak hanya mempersiapkan individu untuk kehidupan di dunia, tetapi juga untuk kehidupan akhirat. Abduh menitikberatkan pentingnya pemahaman agama yang mendalam dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Mewujudkan Kemajuan Umat Islam: Abduh meyakini bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan umat Islam. Ia bercita-cita untuk membangun generasi Muslim yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, dan mampu berkontribusi pada kemajuan peradaban.

Jenjang Pendidikan Menurut Muhammad Abduh:

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, Abduh mengusulkan sistem pendidikan yang terstruktur dengan tiga jenjang, yaitu:

  1. Pendidikan Dasar (Mubtadi): Jenjang ini setara dengan sekolah dasar, bertujuan untuk membekali anak-anak dengan kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung, serta memperkenalkan dasar-dasar agama Islam.
  2. Pendidikan Menengah: Jenjang ini setara dengan sekolah menengah, bertujuan untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama dan umum, serta mengembangkan bakat dan minat individu. Pada jenjang ini, Abduh menekankan pentingnya mempelajari bahasa Arab, ilmu hadis, tafsir Al-Qur'an, dan ilmu fikih.
  3. Pendidikan Tinggi: Jenjang ini setara dengan perguruan tinggi, bertujuan untuk menghasilkan ulama, cendekiawan, dan pemimpin Muslim yang berkompeten. Abduh menitikberatkan pentingnya mempelajari berbagai disiplin ilmu, seperti filsafat, sains, dan sejarah, serta menguasai metodologi penelitian dan penulisan ilmiah.

KURIKULUM

Muhammad Abduh memiliki gagasan tersendiri tentang kurikulum pendidikan yang ideal sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicanangkannya. Berikut adalah kurikulum pendidikan menurut Muhammad Abduh:

  1. Mata Pelajaran Agama
    • Al-Quran dan Tafsir
    • Hadits
    • Akidah/Tauhid
    • Fiqih/Syariah
    • Akhlak/Tasawuf
    • Sejarah Islam
  2. Mata Pelajaran Bahasa
    • Bahasa Arab
    • Bahasa Asing (seperti Inggris atau Prancis)
    • Sastra Arab dan Sastra Umum
  3. Mata Pelajaran Ilmu Alam
    • Matematika
    • Fisika
    • Kimia
    • Biologi
    • Astronomi
  4. Mata Pelajaran Ilmu Sosial
    • Sejarah Umum
    • Geografi
    • Sosiologi
    • Ekonomi
    • Politik
  5. Mata Pelajaran Lainnya
    • Filsafat
    • Logika
    • Psikologi
    • Seni dan Budaya

Tujuan utama kurikulum pendidikan menurut Abduh adalah untuk menciptakan manusia yang memiliki keseimbangan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum, serta memiliki kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi tantangan zaman modern.

METODE

Abduh mengkritik metode pendidikan tradisional yang hanya mengandalkan hafalan semata dan tidak mengembangkan daya nalar peserta didik. Ia menganjurkan metode-metode baru yang lebih rasional dan modern, antara lain:

  1. Metode diskusi dan dialog: Abduh menekankan pentingnya diskusi dan dialog dalam proses belajar mengajar untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa.
  2. Metode pengamatan dan eksperimen: Dalam mempelajari ilmu-ilmu alam, Abduh menganjurkan penggunaan metode pengamatan dan eksperimen untuk membuktikan teori-teori secara langsung.
  3. Metode induktif dan deduktif: Abduh menganjurkan penggunaan metode induktif (dari yang khusus ke umum) dan deduktif (dari yang umum ke khusus) dalam proses pembelajaran untuk melatih kemampuan penalaran siswa.
  4. Metode studi kasus: Dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial dan keagamaan, Abduh menyarankan penggunaan metode studi kasus untuk menganalisis masalah secara mendalam.
  5. Metode tanya jawab: Abduh menekankan pentingnya metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar untuk merangsang keingintahuan siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Secara umum, Abduh menginginkan metode pendidikan yang lebih rasional, interaktif, dan mengembangkan daya nalar serta kreativitas peserta didik, bukan hanya mengandalkan hafalan semata.

PENDIDIK DAN ANAK DIDIK

  1. Pendidik (Guru) Menurut Abduh, seorang pendidik harus memiliki kriteria sebagai berikut:
  • Memiliki akhlak dan kepribadian yang baik sebagai teladan bagi murid-muridnya.
  • Menguasai ilmu pengetahuan secara mendalam, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
  • Menggunakan metode pengajaran yang rasional, interaktif, dan mengembangkan daya nalar murid.
  • Bersikap adil, bijaksana, dan tidak memihak dalam mendidik murid-muridnya.
  • Memberikan motivasi dan membantu mengembangkan potensi setiap murid.
  1. Anak Didik (Murid) Abduh menekankan bahwa murid bukan hanya penerima pasif dalam proses pendidikan, tetapi harus berperan aktif, antara lain:
  • Memiliki kemauan dan motivasi yang kuat untuk belajar dan mengembangkan diri.
  • Berpartisipasi aktif dalam diskusi, tanya jawab, dan kegiatan belajar lainnya.
  • Menggunakan akal pikiran secara maksimal dan tidak hanya mengandalkan hafalan.
  • Menghormati dan menghargai guru serta teman-temannya dalam proses belajar.
  • Mengamalkan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Abduh menekankan adanya hubungan yang harmonis dan interaktif antara pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan. Pendidik berperan sebagai fasilitator dan pembimbing, sementara anak didik berperan aktif dalam mengembangkan potensi dirinya.

EVALUASI

Secara umum, Abduh menginginkan agar evaluasi pendidikan tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga menilai kemampuan berpikir, keterampilan, dan akhlak siswa secara menyeluruh. Evaluasi harus dilakukan dengan metode yang rasional dan mengembangkan potensi siswa, bukan menjadi beban atau hanya menghafal semata.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERADABAN ISLAM PERIODE KHULAFA`AR-RASYIDIN

PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD I

PERADABAN ISLAM PERIODE DINASTI ABBASIYAH